Betapa Penting Ikhlas Itu

Mengaji di Masjid Kampus UGM, foto Akhmad Muhaimin Azzet, Jogja

Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Dari Sulaiman bin Yasar, ia berkata, “Orang-orang meninggalkan Abu Hurairah, lalu Natil, seorang penduduk Syam, berkata kepadanya, ‘Wahai Syekh, ceritakan kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar dari Rasulullah Saw.’

“Dia (Abu Hurairah) berkata, ‘Ya, aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat kelak adalah orang yang mati syahid. Dia didatangkan, lalu ditanyakan tentang nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya, lalu ia pun mengakuinya.

“Kemudian, Dia (Allah) bertanya, ‘Apa yang telah kamu perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’

“Dia menjawab, ‘Saya berperang karena-Mu sampai saya mati syahid.’

“Dia (Allah) berfirman, ‘Kamu dusta. Kamu berperang hanya ingin dikatakan sebagai seorang yang pemberani, dan (hal itu) sudah dikatakan (kepadamu).’

“Kemudian dia diperintah agar diseret wajahnya hingga dicampakkan ke dalam neraka. Dan seorang yang mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca al-Qur’an; dia didatangkan, lalu ditanya tentang nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya, lalu ia pun mengakuinya.

“Dia (Allah) bertanya, ‘Apa yang sudah kamu perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’

“Dia menjawab, ‘Saya mempelajari ilmu, mengajarkannya, dan membaca al-Qur’an karena Engkau.’

“Dia (Allah) berfirman, ‘Kamu dusta. Kamu mempelajari ilmu hanya ingin dikatakan sebagai orang alim. Kamu membaca al-Qur’an hanya ingin dikatakan sebagai qari’, dan (itu) telah dikatakan (kepadamu).’

“Kemudian dia diperintah agar diseret wajahnya hingga dicampakkan ke dalam neraka. Serta orang yang diberi berbagai macam harta yang sangat melimpah oleh Allah. Dia didatangkan, lalu ditanya tentang nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya, lalu dia pun mengakuinya.

“Dia (Allah) bertanya, ‘Apa yang telah kamu perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’

“Dia menjawab, ‘Saya selalu berinfak pada setiap jalan (perkara) yang Engkau sukai karena Engkau.’

“Dia (Allah) berfirman, ‘Kamu dusta. Kamu melakukan hal itu hanya ingin disebut sebagai orang dermawan, dan (itu) telah dikatakan (kepadamu).’

“Kemudian dia diperintah agar diseret wajahnya hingga dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)

Orang-orang yang berbuat baik karena riya’ atau ingin mendapatkan sesuatu dari orang lain, baik itu agar dipandang kebaikannya maupun pujian, sungguh hanya itulah yang akan diperolehnya.

Lawan dari riya’ adalah ikhlas karena Allah Swt. semata. Sungguh, keikhlasan karena Allah Swt. inilah yang membuat perbuatan baik manusia diterima-Nya dan akan mendapatkan balasan nikmat yang lebih banyak.

Sungguh, betapa ikhlas itu penting sekali. Semoga kita dikaruniai mempunyai sifat ikhlas dalam beramal. Semoga kita mendapatkan ridha Allah Swt.

Salam,
Akhmad Muhaimin Azzet

Tentang Akhmad Muhaimin Azzet

Menulis untuk media cetak, buku, dan blog. Bekerja juga sebagai editor freelance di beberapa penerbit buku. Saat ini mendapatkan amanah sebagai Kepala Bidang Pendidikan Yayasan Cinta Qur'an, Yogyakarta.
Pos ini dipublikasikan di Ikhlas dan tag , , , . Tandai permalink.

8 Balasan ke Betapa Penting Ikhlas Itu

  1. jampang berkata:

    hiks……
    semoga kita bisa ikhlas

  2. mechta berkata:

    Penting dan cukup sulit utk diukur ya Pak… Ah, smoga aku termasuk yg mampu ikhlas.. Aamiin..

  3. duniaely berkata:

    Kalau sudah bisa ikhlas hati akan tenang dan damai ya pak 🙂

  4. Akhdan Baihaqi berkata:

    ikhlas memang penting bagi semua manusia, jika kita mengasihkan sesuatu kepada seseorang dan kita engga ikhlas, pasti kita kefikiran dan keingat terus barang atau apa yang kita kasih ke orang. tapi kalau kita ikhlas, hati terasa tenang dan nyaman, engga ada beban fikiran apapun.

Tinggalkan Balasan ke Akhmad Muhaimin Azzet Batalkan balasan