Bersegera Menyambut Rezeki Semenjak Pagi

Penulis sewaktu mengisi pengajian di Masjid Al-Fattaah, Grogol, Maguwoharjo.

Orang yang bersegera menyambut rezeki adalah orang yang lebih mudah meraih kesuksesan dalam hidupnya dan mendapatkan kekayaan. Bersegera menyambut rezeki yang dimaksudkan di sini adalah segera menyambut rezeki semenjak pagi hari. Orang yang demikian akan memulai aktivitas kesehariannya semenjak bangun tidur di pagi hari. Di saat orang lain memilih enak-enakan mencari kehangatan selimut di pagi hari, ia lebih memilih bangun dari tidur dan segera beraktivitas. Atau, pada saat orang lain seusai shalat shubuh tidur lagi, ia lebih memilih menghirup udara segar di pagi hari.

Menurut para ahli di bidang kesehatan, udara di sepertiga malam yang terakhir—apabila malam dibagi menjadi tiga bagian waktu—sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain sehingga sangat bermanfaat dalam mengoptimalisasikan metabolisme tubuh. Hal ini akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh. Inilah anugerah yang luar biasa besar dari Tuhan yang diberikan melalui kesegaran alam di waktu pagi untuk makhluk-Nya.

Oleh karena itu, bagi siapa saja yang ingin merasakan kesehatan yang optimal semenjak pagi hari sehingga dengan kesehatannya itu bisa bekerja dan menjemput rezeki dengan lebih baik maka jangan tidur pagi. Mengenai hal ini, bila ingin membuktikan, coba Anda rasakan bagaimana bedanya melakukan aktivitas seharian dengan bangun pagi-pagi atau tidak tidur lagi setelah bangun pagi. Orang yang bangun pagi atau tidak tidur lagi setelah bangun pagi tentu akan merasakan badan lebih fit daripada orang yang bangun siang atau tidur lagi setelah bangun pagi.

Orang yang suka bangun siang atau mempunyai kebiasaan tidur lagi setelah bangun pagi tidak mempunyai kesempatan untuk menghirup udara pagi yang kaya akan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain. Ketika bangun dari tidur sementara matahari pagi sudah terbit dan bersinar dengan cerahnya, ini termasuk bangun kesiangan. Bangun pagi yang dimaksudkan di sini adalah bangun dari tidur pada saat matahari belum terbit dan memancarkan sinarnya.

Semoga sehat selalu, rezeki lancar dan berkah. Aamiin.

Salam dari Jogja (Akhmad Muhaimin Azzet)

Dipublikasi di rezeki | Tag , , | Meninggalkan komentar

Mengingat Allah dengan Bacaan Hamdalah

Penulis bersama santri Rumah Tahfidz Cinta Qur’an.

Bacaan hamdalah atau tahmid diucapkan setiap mengakhiri pekerjaan atau setiap mendapatkan anugerah dari Allah Swt. Bacaan hamdalah ini dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Allah Swt.

Sungguh, penting bagi kita untuk bersyukur kepada Allah Swt. agar semakin ditambah nikmat yang diberikan kepada kita.

Allah Swt. berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7).

Bacaan hamdalah adalah sebagai berikut:

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعاَلَمِينَ

Alhamdu lillâhi rabbil ‘âlamîn.

Artinya:
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Betapa indah dan bahagianya hidup ini bila kita selalu merasa bahwa semuanya ini adalah anugerah dari Allah Swt. Hal ini bisa kita rasakan karena adanya kesadaran bersyukur kepada Allah Ta’ala, yang di antara caranya dengan banyak mengucapkan “alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin…”

Dipublikasi di Ibadah | Tag , , | 4 Komentar

Mengingat Allah dengan Bacaan Basmalah

Penulis ketika ngisi pengajian di Perum Purwomartani Baru.

Bacaan basmalah diucapkan pada setiap kita akan mengawali perbuatan atau pekerjaan yang baik. Dengan membaca basmalah dimaksudkan agar pekerjaan yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Tiap-tiap urusan penting menjadi putus berkahnya jika tidak dimulai dengan ucapan Bismillâhir-rahmânir-rahîm.” (HR. Ar-Rahawy).

Bunyi dari bacaan basmalah adalah sebagai berikut:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillâhir-rahmânir-rahîm.

Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Dengan demikian, dalam tiap perbuatan yang kita awali dengan bacaan basmalah, semoga kita selalu ingat Allah, urusan yang kita lakukan dalam keberkahan dari Allah Swt. Aamiin…

Dipublikasi di Ibadah | Tag , , , | 4 Komentar

Fardhu dan Sunnah dalam Wudhu

Foto Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang.

Wudhu secara bahasa artinya adalah baik dan bersih. Sedangkan secara istilah, wudhu adalah menggunakan air untuk dibasuhkan dan diusapkan bagian tubuh tertentu yang disertai dengan niat untuk menghilangkan hadats kecil.

Berikut adalah fardhu dan sunnah yang ada dalam berwudhu.

Fardhu dalam Wudhu

Berikut adalah fardhu atau sesuatu yang wajib dilakukan oleh seseorang ketika berwudhu:

  1. Berniat untuk melakukan wudhu.
  2. Membasuh seluruh muka atau wajah (mulai tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dengan dagu, dan mulai batas telinga kanan sampai batas telinga kiri)
  3. Membasuh kedua tangan sampai dengan siku-siku.
  4. Mengusap sebagian dari rambut di kepala.
  5. Membasuh dua telapak kaki sampai dengan mata kaki.
  6. Tertib (berturut-turut, teratur, atau tidak berbalik-balik).

Sunnah dalam Wudhu

Di samping memerhatikan yang fardhu, orang yang berwudhu perlu untuk memerhatikan yang sunnah di dalam berwudhu, yakni:

  1. Memulai wudhu dengan membaca basmalah (bismillâhir-rahmânir-rahîm).
  2. Membasuh kedua telapak tangan sampai dengan pergelangan sebelum berkumur.
  3. Berkumur-kumur atau membersihkan mulut dan gigi dengan air.
  4. Memasukkan air ke lubang hidung dan membersihkannya.
  5. Mengusap seluruh kepala dengan air.
  6. Mengusap kedua telinga, baik bagian yang luar maupun yang dalam.
  7. Membersihkan sela jari tangan dan kaki.
  8. Mendahulukan yang kanan baru kemudian yang kiri.
  9. Tiga kali membasuh atau mengusap.
  10. Membaca doa setelah berwudhu.
Dipublikasi di Ibadah | Tag , , | 2 Komentar

Meyakini Kebenaran Al-Qur’an

[Ini soal cinta, Qur’an, dan keyakinan]

Foto: Ustadz Muhammad Sibawih bersama para santri penghafal Qur’an di Rumah Tahfidz Cinta Qur’an, Masjid Al-Muhtadin, Perum Purwomartani Baru.

Hal ini sangat penting untuk diupayakan karena segala hal yang ada di dalam al-Qur’an adalah kebenaran yang dapat menguatkan keyakinan seseorang. Bagaimana mungkin seseorang meyakini kebenaran mutlak terhadap Dzat Allah Swt. kalau tidak sekalian meyakini kebenaran firman-Nya, dalam hal ini yang terdapat di dalam al-Qur’an.

Melalui al-Qur’an, kita dapat mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan Dzat Allah, sifat-sifat-Nya, janji-janji-Nya, dan segala yang berkaitan dengan keyakinan kita kepada-Nya. Sebab, al-Qur’an adalah sumber pertama kita dalam menggali berbagai informasi, baik itu yang berkaitan dengan keimanan, hukum, kehidupan sosial, maupun berbagai informasi tentang kehidupan akhirat yang kekal. Sumber berikutnya adalah hadits dari Baginda Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah sumber yang paling autentik di dalam kita beragama setelah al-Qur’an. Bahkan, dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Rasulullah Saw. diibaratkan sebagai al-Qur’an yang berjalan.

Dalam rangka menguatkan keyakinan bahwa al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang di dalamnya memuat kebenaran yang tidak bisa diragukan lagi, marilah bersama kita merenungkan kembali firman Allah Swt. berikut ini:

“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. al-Baqarah [2]: 2-4).

Bagi orang yang bertakwa, sungguh tidak ada keraguan sedikit pun keyakinannya terhadap kebenaran al-Qur’an. Bukankah kita juga menginginkan untuk menjadi orang yang bertakwa. Sebagaimana kita telah belajar untuk beriman kepada yang ghaib, yang salah satunya adalah kita yakin dan percaya terhadap Allah Swt. Kita juga belajar untuk senantiasa memperbaiki kualitas shalat kita, menafkahkan sebagian rezeki, beriman kepada Kitab (al-Qur’an) dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan kita juga yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Sungguh, bila demikian adanya, semestinya tidak ada keraguan kita terhadap al-Qur’an. Dan, semestinya al-Qur’an adalah petunjuk dalam kehidupan kita. Maka, marilah kita wujudkan keyakinan kita tersebut dalam sikap dan tingkah laku kita pada kehidupan sehari-hari.

Diturunkannya al-Qur’an sesungguhnya untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman. Sebab, seluruh isi al-Qur’an adalah kebenaran dari Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui Malaikat Jibril As. Dalam hal ini, marilah kita renungkan kebenaran firman Allah Swt. berikut:

“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. an-Nahl [16]: 102).

Tidak hanya untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman, al-Qur’an diturunkan juga sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi kaum muslimin. Sebagai petunjuk, maka barang siapa berpedoman dengan al-Qur’an dalam kehidupannya tentu dijamin akan menemui keselamatan dan kebahagiaan. Sebaliknya, barang siapa ingkar atau kehidupannya tidak sesuai dengan petunjuk yang ada di dalam al-Qur’an, sudah barang tentu akan mengalami kerugian dan penyesalan yang berkepanjangan di akhirat kelak.

Dua Pusaka Peninggalan Nabi

Sudah barang tentu, setiap manusia menginginkan kehidupan yang bahagia, baik dalam kehidupan di dunia, lebih-lebih pada kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Maka, berpedoman pada al-Qur’an yang diyakini kebenarannya adalah keniscayaan yang tidak bisa ditawar lagi. Sebab, inilah salah satu warisan dari Rasulullah Saw. Beliau meninggalkan dunia tidak meninggalkan warisan apa-apa kepada keluarganya, melainkan meninggalkan dua pusaka yang diwariskannya kepada seluruh umatnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. berikut:

“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.”

Tidak akan tersesat selama-lamanya, demikian sabda Rasulullah Saw., selama kita berpegang kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya. Ya, tidak akan tersesat selama-lamanya, karena al-Qur’an memanglah pedoman yang lengkap, apalagi ditambah juga dengan selalu berpedoman pada Sunnah Rasul-Nya. Sebab, seseorang tidak mungkin dapat memahami al-Qur’an dengan baik tanpa menggunakan hadits Nabi Saw. sebagai pedoman.

Saudaraku tercinta, meyakini kebenaran firman Allah, mau tidak mau memang harus meyakini kebenaran al-Qur’an. Di samping itu, kita juga menggunakan hadits Nabi sebagai pedoman; termasuk dalam hal ini adalah hadits Qudsi sebagai firman Allah yang dijelaskan melalui hadits Nabi Muhammad Saw. Sungguh, al-Qur’an itu memang benar adanya, dan hanya orang-orang yang zhalim saja yang mengingkari kebenaran firman-Nya.

Allah Swt. berfirman:

“Sebenarnya, al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim.” (QS. al-‘Ankabuut [29]: 49).

Sungguh, kita berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang yang zhalim karena mengingkari kebenaran ayat-Nya. Lalu, bagaimana caranya agar kita mempunyai keyakinan yang kuat akan kebenaran firman-Nya? Sebab, ada sebagian orang yang memang percaya bahwa al-Qur’an itu adalah firman Allah, tetapi kepercayaannya itu tidak membuahkan keyakinan yang kuat di dalam dirinya. Sehingga, al-Qur’an jarang disentuh, apalagi dibaca.

Cinta Qur’an

Maka, agar kita mempunyai keyakinan yang kuat, hal yang semestinya kita lakukan adalah mencintai al-Qur’an. Cinta tidak sekadar manis di bibir semata, tetapi diwujudkan dalam tingkah laku yang nyata. Perwujudan yang nyata dari seseorang yang mencintai al-Qur’an adalah dengan cara sering dan istiqamah dalam membacanya. Jangan sampai kita sudah mengaku sebagai seorang muslim, namun terhadap kitab suci kita, yakni al-Qur’an, kita jarang membacanya.

Sebuah kenyataan yang menyedihkan adalah ketika kita berkunjung ke rumah seorang muslim, namun di dalam rumah itu tidak kita jumpai al-Qur’an. Atau, kita jumpai al-Qur’an, namun kitab suci itu penuh dengan debu karena jarang atau malah tidak pernah dibaca. Sungguh, kita berdoa kepada Allah Swt., semoga kita dan saudara-saudara kita terhindar dari kelakuan yang menyedihkan seperti itu.

Tidak bisa tidak, agar kita benar-benar mencintai al-Qur’an, maka kita mesti memaksakan diri untuk sering membacanya. Awalnya memang harus dipaksa bila memang belum mempunyai kesadaran yang baik. Sebab, bawaannya nafsu adalah malas ketika diajak untuk melakukan kebaikan. Bila sudah terbiasa, insya Allah kita akan mempunyai kesadaran dalam mencintai al-Qur’an.

Untuk memotivasi diri agar kita mencintai al-Qur’an dan sering membaca serta mempelajarinya adalah kita mesti menambah ilmu kita berkaitan dengan al-Qur’an. Termasuk dalam hal ini adalah memahami hikmah dan fadhilah kita apabila membaca dan mempelajari al-Qur’an. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:

“Orang yang pandai membaca al-Qur’an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Sebaik-baik kamu ialah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

Dengan memahami hikmah dan fadhilah dalam membaca dan mempelajari al-Qur’an maka menimbulkan kecintaan kita terhadap al-Qur’an. Di samping itu, kita juga belajar kepada orang-orang shalih di sekitar kita, betapa besar cinta mereka terhadap al-Qur’an. Di antara mereka ada yang setiap hari membaca satu juz, sehingga setiap bulan mereka mengkhatamkan al-Qur’an. Ada yang setengah bulan sudah dapat mengkhatamkan al-Qur’an. Ada yang setiap minggu dapat khatam al-Qur’an. Bahkan, beberapa orang shalih yang hafizh (hafal al-Qur’an), sehari dapat khatam al-Qur’an.

Bila dibandingkan dengan mereka, betapa kita perlu memompa semangat agar bisa seperti mereka dalam mencintai al-Qur’an. Tidak mungkin setiap bulan dapat mengkhatamkan al-Qur’an bila tidak dilandasi dengan sebuah rasa cinta. Ya, mencintai al-Qur’an yang pada hakikatnya adalah mencintai Allah Swt.

Dalam hal ini, setidaknya kita menyediakan waktu sekali saja dalam sehari untuk membaca al-Qur’an, misalnya setiap bakda shalat Maghrib. Atau, dua kali, yakni setiap bakda shalat Maghrib dan bakda shalat Shubuh. Atau, Anda lebih tahu terhadap waktu yang tepat bagi Anda untuk membaca al-Qur’an. Dan, yang paling penting dari semua itu adalah istiqamah. Dengan kita istiqamah membaca al-Qur’an, maka kita akan sangat dekat dengan Allah Swt. Bila kita telah dekat dengan Allah, insya Allah rahmat dari Allah Swt. pun dekat dengan kita. Dengan demikian, kita pun mempunyai keyakinan kuat yang keberadaannya sangat penting dalam menghadapi kehidupan ini.

Anda barangkali masih mempunyai keraguan dengan cara menguatkan keyakinan kepada Allah melalui istiqamah membaca al-Qur’an ini? Sungguh, tiada cara yang paling efektif untuk menghapus keraguan Anda kecuali segera buktikan cara ini, dan rasakan perubahan hidup yang Anda alami. Sungguh, dengan istiqamah membaca al-Qur’an, maka seseorang akan dapat manfaat, ilmu, dan petunjuk dari-Nya. Ini terlepas Anda bisa dan mengerti bahasa Arab atau tidak, baca sajalah secara istiqamah, maka Anda akan merasakan manfaatnya.

Dalam hal ini, ada sebagian orang yang berpendapat bahwa percuma membaca al-Qur’an bila kita tidak mengerti artinya. Lalu, orang tersebut lebih suka mempelajari terjemahannya daripada bahasa Arab atau bahasa al-Qur’annya. Bukan berarti saya tidak setuju dengan pendapat semacam itu. Silakan saja berpendapat seperti itu. Namun, saya tetap berpendapat bahwa tidak ada yang percuma dalam membaca al-Qur’an, meski belum tahu artinya. Sebab, al-Qur’an adalah kalam Ilahi yang suci. Maka, Anda akan mendapatkan manfaatnya bila istiqamah membacanya.

Sungguh, saya berpendapat demikian bukan berarti memahami makna al-Qur’an tidak penting. Sama sekali tidak demikian. Membaca al-Qur’an lalu mempelajari dan memahami maknanya adalah amalan yang luar biasa baiknya. Namun, sekali lagi, membaca ayat atau kalimat suci dalam al-Qur’an adalah kebaikan juga. Dengan demikian, semoga kita termasuk orang yang istiqamah dalam membaca dan bisa mengerti isi kandungan al-Qur’an. Sehingga, kita bisa benar-benar dekat dengan-Nya dan mempunyai keyakinan yang kuat.

Salam dari Jogja,
Akhmad Muhaimin Azzet

Dipublikasi di Ibadah | Tag , , | Meninggalkan komentar

Menikah: Kehidupan Lebih Mudah dan Indah

Di antara karya yang dimuat di koran. Ada saja jalan rezeki.

[Sebuah Kisah Nyata]

Banyak sekali orang yang berpendapat bahwa kehidupan setelah menikah akan menjadi terarah dan mudah. Seseorang yang telah menikah akan ada saja jalan rezekinya. Misalnya, orang yang belum menikah tidak mempunyai apa-apa, namun setelah menikah ia ternyata dapat membeli kebutuhan dan perabot rumah tangga. Meskipun pandangan sederhana dan bersifat material seperti itu belum sepenuhnya tepat bila dijadikan barometer kesuksesan seseorang, namun setidaknya kita menjadi tahu bahwa memang dengan menikah, banyak yang sudah membuktikan bahwa kehidupan akan menjadi lebih mudah dan indah. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Keluarga | Tag , , | 6 Komentar

Membangun Rasa Nyaman dalam Pergaulan

Penulis sewaktu mengisi acara di MQFM Jogja.

Misal, kita seneng banget jadi pegawai negeri, maka bila ketemu teman yang bekerja di luar pegawai negeri, tak perlu berkata, “Lho kenapa, ga daftar ya?” Padahal, tidak sedikit orang yang memang sengaja ga daftar pegawai negeri karena memang tidak ingin sama sekali.

Begitu pula sebaliknya, bila kita memang senang bekerja di bidang swasta, atau usaha, maka tak perlu berkata kepada teman yang kerja sebagai pegawai negeri, “Kamu kok mau ya bekerja jadi pegawai negeri?” Sebab, tidak sedikit orang yang cita-citanya memang ingin jadi pegawai negeri. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Ihsan | Tag , | 4 Komentar

Mengelola Hati

Penulis sedang mengisi di hadapan Rismadin.

Seorang murid mengadu kepada gurunya, bahwa ada orang yang selalu saja menampakkan tidak suka kepadanya.

“Apakah kamu tetap baik kepadanya?” tanya sang guru.

“Sebagaimana nasihat Guru, saya tetap baik kepadanya,” jawab sang murid.

“Kalau begitu apa masalahnya? Urusanmu adalah berbuat baik kepadanya. Persoalan dia tidak berbuat baik kepadamu, itu bukan urusanmu, itu urusan ia dengan Tuhannya. Kamu resah itu gara-gara kamu memikirkan sesuatu yang bukan urusanmu,” sang guru berbicara pelan dan mengena di hati sang murid. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Ihsan | Tag , , , | 11 Komentar

Berpandangan Positif Terhadap Kekayaan

Penulis saat mengisi kajian di Masjid Suciati Saliman, Sleman.

Pandangan positif terhadap kekayaan yang dimaksudkan di sini adalah pandangan seseorang bahwa kekayaan itu adalah sesuatu yang baik, perlu dimiliki dalam kehidupan, dan akan sangat bermanfaat untuk melakukan banyak kebaikan.

Misalnya, betapa sedih apabila orangtua tercinta mengalami sakit sementara kita tidak mempunyai uang untuk biaya pengobatan; istri mau melahirkan sementara kita tidak mempunyai biaya untuk membawa ke dokter; anak membutuhkan biaya sekolah sementara tabungan pun sudah tak tersisa; tetangga membutuhkan pinjaman uang hanya untuk sekadar buat makan keluarganya sementara kita pun masih kekurangan. Baca lebih lanjut

Dipublikasi di rezeki | Tag , | 4 Komentar

Ketika Berdoa: Harus Yakin Doa Akan Dikabulkan

Penulis bersama Jamaah Masjid Al-Hidayah, Demangan Baru, Depok, Sleman, berdoa bersama jelang pemasangan mustaka masjid.

Hal yang paling penting di dalam berdoa adalah keyakinan bahwa doa kita akan dikabulkan oleh Allah Swt. Keyakinan ini harus ada sehingga akan menumbuhkan harapan yang besar akan dikabulkannya doa kita. Di samping itu, keyakinan itu juga akan menumbuhkan kekuatan tersendiri bagi orang yang berdoa.

Allah Swt. berfirman:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. al-Baqarah: 186). Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Ibadah | Tag , , | 12 Komentar