Dalam menyampaikan sesuatu melalui perkataan kepada orang lain, kita diperintahkan oleh Allah Swt. dalam al-Qur’an al-Karim:
“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaknya mereka mengatakan yang paling baik.” (QS. al-Israa’ : 53).
Bahkan, ketika terjadi perbedaan pandangan atau pendapat, kita diperintahkan oleh Allah Swt. tetap dengan cara yang baik. Sebagaimana firman-Nya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. an-Nahl : 125).
Pada saat terjadi perbedaan pandangan, kita diperintahkan “wa jadilhum billati hiya ahsan” yakni bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Betapa teladan kita nabi yang mulia Muhammad Saw. juga telah mencontohkan, saat didatangi oleh Utbah ibn Rabiah di Makkah, ketika umat Islam ditimpa tekanan yang hebat. Utbah berkata-kata yang tidak layak kepada beliau Saw. Sungguh, Nabi Muhammad Saw. tetap menghadapinya dengan perkataan yang baik.
Maka, ketika terjadi perbedaan pandangan, apalagi sesama Muslim, mari tetap berupaya untuk bisa berkata yang baik, bersikap yang santun. Inilah ihsan. Sungguh, inilah yang diajarkan dalam agama yang lurus ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita bersama.
akur….
sesama muslim dalam masalah furu’ mestinya bisa saling menghargai
Terima kasih banyak, Mas Taufiq, semoga kita dianugerahi kesabaran dan hati yang lapang dalam hal ini.
ihsan itu kita sholat seakan-akan melihat Alloh, kalau tidak bisa kita sadari Alloh selalu melihat kita. betul ya Ustadz? terus bagaimana hubungannya dengan ihsan dalam berbeda pendapat ini?
Betul sekali, ihsan sebagaimana tersebut adalah ihsan dalam beribadah atau ihsan kepada Allah Swt. Nah, ihsan kepada Allah Ta’ala dalam sholat tersebut mengejawantah dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim dalam bermuamalah, termasuk dalam hal ini ketika terjadi perbedaan pandangan. Demikian, Sob, wallahu a’lam.
Memang itu yang diajarkan oleh Islam. Belakangan saya memilih, ketika tidak bisa mengatakan sesuatu dengan baik, entah membantah atau berargumentasi, maka saya memilih untuk diam saja. Daripada tersandung dalam masalah yang kesilapan lisan.
Betul sekali, Mas, bahkan di dalam berargumentasi pun hendaknya tetap memilih kata yang baik. Bila tidak, tentu diam adalah pilihan yang selamat.